Wayangyang belum diwarnai disebut?? Iklan Jawaban terverifikasi ahli siswantoadiutom wayang putih ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Sedang mencari solusi jawaban Seni beserta langkah-langkahnya? Pilih kelas untuk menemukan buku sekolah Kelas 6 Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9 Kelas 10 Kelas 11 Kelas 12 Iklan Jawaban laalaritasya wayang putihan Penelitimenilai peran vital Walisongo menjadikan wayang media dakwah Sesuaidengan namnya, seni tatah sungging merupakan dua kegiatan yang terdiri dari menatah (memahat) dan menyugging (mewarnai). Meski hanya disebut tatah sungging, pembuatan wayang kulit membutuhkan proses yang cukup panjang. Beberapa tahapan yang dilakukan diantaranya pemilihan bahan baku berupa kulit, pengolahan kulit, penatahan, menyungging GambarWayang Raden Werkudara yang belum diwarnai 2. Gambar Wayang Raden Werkudara Wanda Bedhil. 3. Gambar Wayang Raden Werkudara Wanda Lindu Panon Surakarta pada hakekanya merupakan perlambang seorang Jawa yang sempurna yang disebut sebagai Satriya Pinandita. PENDAHULUAN dan bah commit to user 1 BAB I Jikabiasanya kita mengenali kesenian wayang dengan bahan baku kulit atau yang biasa disebut dengan wayang kulit. Namun di Surabaya, terdapat seorang perajin wayang tradisonal yang tidak menggunakan kulit sebagai bahan baku utamanya, melainkan menggunakan sampah kardus bekas. Ialah Sumino, kakek 73 tahun yang berhasil menyulap sampah kardus bekas menjadi berbagai karakter atau tokoh pewayangan Hasillukisan tidak bisa diperbaiki, jika ada kesalahan maka lukisan harus dibuat ulang dari awal. Hal inilah yang membuat harga kaca hias lukis cukup tinggi. Selain teknik penggarapan, di era modern ini penggunaan berbagai bahan dan alat juga bisa menjadi keunikan seni lukis kaca. Jeniswayang ini terbuat dari kayu, kemudian diukir dan diwarnai supaya terlihat lebihindah. Beberapa wayang yang terbuat dari kayu, di antaranya: Wayang golek; Wayang golek merupakan salah satu jenis wayang yang memiliki ciri khusus dari bentuk fisiknya. Dalam bahasa Jawa, golek berarti boneka. Selain itu, golek juga berarti mencari. 16 Wayang yang belum diwarnai disebut. Jawaban: putihan 17. Bentuk tatah kuku sebagai alat untuk menciptakan wayang kulit, yaitu. Jawaban: menyerupai kutu 18. Tangan pada kerajinan wayang berpola. Jawaban: lurus 19. Evaluasi hasil perjuangan atau bisnis merupakan tahap yang sangat penting di dalam. Jawaban: administrasi usaha 20. Nyemeng(hitam), yaitu memberikan warna hitam pada wayang dibagian-bagian yang harus diwarnai hitam seperti pada rambut, wajah/muka (wayang-wayang tertentu), dan sebagainya. Amrada, yaitu memberikan warna emas pada bagian-bagian wayang yang harus diberi warna prada. Pewarnaan ini yaitu mewarnai dengan bahan emas yang dibuat piph seperti kertas. Jenisyang paling terkenal adalah Wayang Purwa karena merupakan yang tertua. Purwa berasal dari bahasa Jawa dan berarti awal. Boneka ini terbuat dari kulit kerbau yang diwarnai menurut aturan penampilan dalang wayang, dan terdiri dari tuding dan celah, pola tanduk kerbau putih yang diperlakukan dengan cara ini disebut cempurit. tidak yang bersifat bebas. Frasa merupakan unsur yang lebih luas yaitu kelompok kata nonpredikatif hanya menduduki satu fungsi dalam sebuah kalimat Contoh: kata ( wayang), frasa (seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia) Frasa verba adalah frasa yang dibentuk dengan menggabungkan Didaerah Cirebon, Wayang kulit disebut juga Wayang Purwa, karena dianggap sebagai jenis yang paling awal (purwa = awal, permulaan). Wayang jenis ini terbuat dari kulit, terutama kulit sapi dengan diberi kerangka dari bambu atau tanduk dilengkapi dengan gagang pegang (handle) yang disebut cempurit untuk menancapkan wayang tersebut pada kedebog pisang dan untuk menggerakkan tangan-tangannya. Wayangdiyakini telah ada dalam budaya Jawa sekitar abad ke-15, sebelum berkembangnya ajaran Islam di Nusantara. Setyo Budi mengatakan Wayang Kulit adalah seni pertunjukan wayang kulit yang terbuat dari bahan kulit binatang berbentuk pipih, diwarnai dan dipotong. Oleh karena itu Wayang memiliki tokoh yang terkenal dengan Daran (pemeran boneka) dan Play (pemeran) . TOKOHWAYANG. Pengantar Admin blog : Sebetulnya urutan posting blog ini belum sampai menceritakan tokoh wayang era Ramayana. Tetapi kebetulan Admin mengikuti - di Facebook - tampilan foto dari P Stanley Hendrawidjaja seorang pecinta, pemerhati dan kolektor wayang kulit purwa maupun wayang ukur. Beliau mukim di Bogor. Celluloid(konvensional)Teknik Celluloid (terkadang disebut menjadi cell) ini merupakan teknik mendasar dalampembuatan film animasi klasik. Setelah gambar mejadi sebuah rangkaian gerakan makagambar tersebut akan ditransfer keatas lembaran transparan (plastik) yang tembuspandang/ sel (cell) dan diwarnai oleh Ink and Paint Departement. rQs3. Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 204445 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d85e405b808b7de • Your IP • Performance & security by Cloudflare Daftar Isi Jenis Wayang di Indonesia 1. Wayang Kulit 2. Wayang Golek 3. Wayang Potehi 4. Wayang Orang 5. Wayang Beber Solo - Wayang adalah kesenian tradisional yang masih digandrungi masyarakat sampai sekarang. Meskipun pada mulanya wayang difungsikan untuk acara religius, tetapi kini wayang berkembang dengan berbagai cerita pada buku 'Mengenal Kesenian Nasional 1 Wayang' 2019 oleh Kustopo, wayang berasal dari bahasa Jawa 'wewayangan' yang berarti bayangan. Istilah tersebut digunakan karena pada zaman dulu untuk menonton pertunjukan wayang, penonton berada di belakang layar yang disebut kesenian wayang masih belum terbuktikan oleh para ahli secara tuntas. Meski demikian, menurut Serat Centhini tentang asal-usul wayang Purwa, disebutkan bahwa kesenian wayang awalnya diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan Kediri. Sejak saat itu wayang kemudian berkembang menjadi berbagai jenis dan bentuk yang memiliki peran dan fungsi masing-masing. Adapun beberapa jenis wayang yang populer di Indonesia, di antaranya adalah wayang kulit, wayang golek, wayang potehi, wayang orang, wayang beber. Berikut penjelasan Wayang KulitWayang kulit merupakan seni wayang yang terbuat dari lembaran kulit kerbau yang telah dikeringkan. Berdasarkan buku 'Rupa Wayang' 2020 oleh Aryo Sunaryo, terdapat pendapat yang mengatakan wayang kulit berasal dari India, sebagian pendapat lainnya mengatakan berasal dari Cina. Di sisi lain, terdapat pendapat yang mengatakan bahwa wayang kulit merupakan ciptaan asli Indonesia khususnya kulit awalnya berfungsi sebagai media untuk menghormati arwah nenek moyang. Seiring perkembangan zaman, wayang kulit kemudian mengalami pelebaran fungsi sebagai media hiburan, media penyebaran agama, hingga media propaganda wayang kulit biasa dimainkan oleh seorang dalang di balik kain putih kelir yang disorot lampu sehingga menghasilkan bayangan pergerakan wayang. Pementasan tersebut diiringi musik gamelan khas oleh sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh Wayang GolekMengutip laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, wayang golek merupakan pertunjukan wayang dari boneka kayu yang dibuat dengan diukir dan diwarnai sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk orang. Bagian kepala, badan, dan lengan wayang golek dihubungkan oleh sebatang kayu kecil bulat yang biasa disebut sebagai tuding atau wayang golek biasanya difungsikan sebagai media untuk bercerita, edukasi, dakwah, maupun hiburan yang lakonnya didasarkan pada kisah sejarah Jawa, Mahabharata, Ramayana, maupun kehidupan sehari-hari Wayang PotehiJika wayang kulit dan wayang golek mengangkat kisah Mahabharata dan Ramayana, wayang potehi justru mengangkat kisah dan karakter dari legenda Tionghoa. Berdasarkan laman yang dikelola Kemenparekraf, karakteristik wayang potehi tersebut merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan sendiri berasal dari kata 'Pou' yang berarti kain, 'te' yang berarti kantong, dan 'hi' yang berarti boneka. Oleh karena itu, secara istilah potehi diartikan sebagai boneka berbentuk kantong yang dimainkan dengan lima jari potehi dimainkan oleh dalang dengan menggunakan kelima jari. Tiga jari dalang mengendalikan kepala, sedangkan ibu jari dan kelingking mengendalikan tangan wayang. Pertunjukan tersebut diiringi oleh musik yang terdiri dari gembreng, kecer atau simbal, cheh dan puah, rebab, rebana, terompet, dan Wayang OrangMengutip laman Kemdikbud, wayang orang atau wayang wong merupakan wayang yang diperagakan oleh manusia berkostum atau mengenakan pakaian yang sesuai dengan tokoh wayang yang diperankannya. Wayang orang tidak dimainkan oleh dalang karena setiap tokoh dapat bergerak dan berdialog sendiri, sedangkan dalang berperan sebagai cerita wayang orang biasanya diambil dari Babad Purwo, Ramayana dan Mahabharata. Dalam penyelenggaraan suatu pentas wayang orang secara lengkap diperlukan 35 orang. Mereka terbagi menjadi 20 orang pemain pria dan wanita, 12 orang penabuh gamelan yang merangkap wiraswara, 2 orang sebagai waranggana, dan 1 orang sebagai wayang orang biasanya memakan waktu 7 sampai 8 jam untuk satu lakon dan biasanya dilakukan pada malam hari. Pementasan panggung biasanya didesain realistis dan tata rias yang digunakan disesuaikan dengan bentuk wayang yang Wayang BeberWayang beber merupakan seni yang berbentuk lembaran beberan. Mengutip laman Dinas Pendidikan Kabupaten Pacitan, lembaran wayang beber berisi lukisan berkisah yang tersaji dalam sejumlah adegan atau beber sudah ada sejak zaman Kerajaan Jenggala pada 1223 M dalam bentuk lukisan di daun siwalan atau lontar. Penamaan wayang beber berasal dari cara memainkannya yang dilakukan dengan membeberkan atau membentangkan layar atau kertas umumnya, wayang pertunjukan wayang beber memakan waktu sekitar 90 menit. Pertunjukan wayang beber dilakukan oleh dalang yang menceritakan adegan demi adegan di gulungan dan diiringi gong, kenong, kendang, dan rebab dengan notasi jenis-jenis wayang paling populer di Indonesia yang biasa dipertunjukkan di Indonesia. Semoga bermanfaat, Lur!Artikel ini ditulis oleh Santo, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom. Simak Video "Kondisi Memprihatinkan Situs Candi Kayen Pati" [GambasVideo 20detik] dil/aku Selamat datang di web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Peribahasa? Mungkin anda pernah mendengar kata Peribahasa? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, pengertian menurut para ahli, asal-usul, jenis, fungsi, isi, ragam, perkembangan dan manfaat. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan. Pengertian Wayang Wayang ialah suatu bentuk pementasan tradisional yang dihidangkan oleh seorang pencerita, dengan memakai boneka dan sejenisnya sebagai media pementasan. Pengertian lain dari Wayang ialah seni pementasan asli Indonesia yang tumbuh pesat di Pulau Jawa dan Bali. Pementasan ini juga terkenal di jumlah kawasan seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga mempunyai beberapa budaya wayang yang termotivasi oleh kebudayaan Jawa dan Hindu. Berikut ini adalah beberapa pengertian wayang menurut para ahli yaitu Wayang adalah boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu dan sebagainya, yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh pada pertunjukan drama tradisional Bali, Jawa, Sunda, dsb, biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang Pusat Bahasa, 2008. Wayang merupakan salah satu bentuk teater tradisional yang paling tua. Pada masa pemerintahan Raja Balitung, telah ada petunjuk adanya pertunjukan wayang, yaitu yang terdapat pada prasasti Balitung dengan tahun 907 Masehi, yang mewartakan bahwa pada saat itu telah dikenal adanya pertunjukan wayang. Wayang merupakan pertunjukkan asli Jawa. Wayang adalah “Walulang inukir” kulit yang diukir dan dilihat bayangannya pada kelir. Wayang adalah sebuah kata bahasa Indonesia Jawa asli, yang berarti bayang-bayang, atau bayang yang berasal dari akar kata “yang” mendapat tambahan “wa” yang menjadi wayang. Mengatakan wayang adalah bayangan orang yang sudah meninggal, jadi orang yang digambar itu sudah meninggal, lebih lanjut ia menjelaskan kata wayang tadi dari suku kata wa dan yang. Wa trah yang berarti turunan, yang hyang yang berarti eyang kakek, atau leluhur yang sudah meninggal. Asal-Usul Wayang Mengenai asal-usul wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt. Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa Kuna, dan bukan bahasa lain. Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India. Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan seolah sudah sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor dari negara lain. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan 976 -1012, yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmur-nya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung 989-910, yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa Arjunawiwaha Kakawin, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya dengan cerita asli versi In-dia, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri 1130 11160. Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata “mawayang” dan aringgit’ yang maksudnya adalah pertunjukan wayang. Mengenai saat kelahiran budaya wayang, Ir. Sri Mulyono dalam bukunya Simbolisme dan Mistikisme dalam Wayang 1979, memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolithikum, yakni kira-kira tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan atas tulisan Robert von Heine-Geldern Ph. D, Prehistoric Research in the Netherland Indie 1945 dan tulisan Prof. K. Hidding di Ensiklopedia Indonesia halaman 987. Kata wayang’ diduga berasal dari kata wewayangan’, yang artinya bayangan. Dugaan ini sesuai dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton di balik kelir itu. Penonton hanya menyaksikan gerakan-gerakan wayang melalui bayangan yang jatuh pada kelir. Pada masa itu pergelaran wayang hanya diiringi oleh seperangkat gamelan sederhana yang terdiri atas saron, todung sejenis seruling, dan kemanak. Jenis gamelan lain dan pesinden pada masa itu diduga belum ada. Untuk lebih menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit diperkenalkan cerita wayang lain yang tidak berinduk pada Kitab Ramayana dan Mahabarata. Sejak saat itulah cerita-cerita Panji; yakni cerita tentang leluhur raja-raja Majapahit, mulai diperkenalkan sebagai salah satu bentuk wayang yang lain. Cerita Panji ini kemudian lebih banyak digunakan untuk pertunjukan Wayang Beber. Tradisi menjawakan cerita wayang juga diteruskan oleh beberapa ulama Islam, di antaranya oleh para Wali Sanga. Mereka mulai mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan. Masuknya agama Islam ke Indonesia sejak abad ke-15 juga memberi pengaruh besar pada budaya wayang, terutama pada konsep religi dari falsafah wayang itu. Pada awal abad ke-15, yakni zaman Kerajaan Demak, mulai digunakan lampu minyak berbentuk khusus yang disebut blencong pada pergelaran Wayang Kulit. Sejak zaman Kartasura, penggubahan cerita wayang yang berinduk pada Ramayana dan Mahabarata makin jauh dari aslinya. Sejak zaman itulah masyarakat penggemar wayang mengenal silsilah tokoh wayang, termasuk tokoh dewanya, yang berawal dari Nabi Adam. Sisilah itu terus berlanjut hingga sampai pada raja-raja di Pulau Jawa. Dan selanjurnya, mulai dikenal pula adanya cerita wayang pakem, yang sesuai standar cerita, dan cerita wayang carangan yang diluar garis standar. Selain itu masih ada lagi yang disebut lakon sempalan, yang sudah terlalu jauh keluar dari cerita pakem. Memang, karena begitu kuatnya seni wayang berakar dalam budaya bangsa Indonesia, sehingga terjadilah beberapa kerancuan antara cerita wayang, legenda, dan sejarah. Jika orang India beranggapan bahwa kisah Mahabarata serta Ramayana benar-benar terjadi di negerinya, orang Jawa pun menganggap kisah pewayangan benar-benar pernah terjadi di Pulau Jawa. Jenis-Jenis Wayang Berikut ini terdapat beberapa jenis jenis wayang, yakni sebagai berikut Wayang Kulit Wayang Kulit ialah salah satu kesenian tradisi yang berkembang di kalangan masyarakat Jawa. Lebih dari hanay pementasan, wayang kulit dahulu diperankan menjadi alat untuk meditasi mengarah roh kebatinan para dewa. Wayang Bambu Kesenian ini diciptakan dan ditumbuhkan oleh Ki Drajat yang serentak pencerita dan penciptanya. Wayang bambu tersebut diciptakan dari bambu, lebih akuratnya dari ranting bambu bagian dalam. Wayang Golek Wayang golek ialah suatu seni tradisional asal daerah Sunda pementasan wayang yang tercipta dari boneka kayu, yang tekemuka sangat terkenal di kawasan Tanah Pasundan. Kawasan tranmisinya terhampar luas dari Cirebon di sebelah timur hingga kawasan Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat kadang kala juga dipentaskan pementasan wayang golek. Wayang Orang Wayang orang ialah wayang yang diperankan dengan memakai orang menjadi aktor dalam alkisah wayang tersebut. Fungsi Wayang Wayang sebagai penggambaran alam pikiran Orang yang dualistik. Ada dua hal, pihak atau kelompok yang saling bertentangan, baik dan buruk, lahir dan batin, serta halus dan kasar. Keduanya bersatu dalam diri manusia untuk mendapat keseimbangan. Wayang juga menjadi sarana pengendalian sosial, misalnya dengan kritik sosial yang disampaikan lewat humor. Fungsi lain adalah sebagai sarana pengukuhan status sosial, karena yang bisa menanggap wayang adalah orang terpandang, dan mampu menyediakan biaya besar. Wayang juga menanamkan solidaritas sosial, sarana hiburan, dan pendidikan. Isi Kandungan Dalam Wayang Berikut ini terdapat beberapa isi kandungan dalam wayang, yakni sebagai berikut 1. Wayang Berupa “Momot Kamot” Wayang ialah alat pementasan yang dapat berisi semua bentuk kehidupan manusia momot kamot. Gagasan manusia, baik terikat dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum serta pertahanan ketenteraman bisa tercantum di dalam wayang. 2. Wayang Berisi Tatanan, Tuntunan, dan Tontonan Di dalam wayang berisi tatanan, yakni suatu asas yang berisi tata susila. Asas tersebut dipahami dan dijadikan petunjuk bagi para seniman pencerita. Di dalam pementasa wayang berisi tata cara main dan alur pencerita dan macam mana melakonkan wayang, secara bebuyutan dan mentradisi, lama kelamaan menjadi objek yang dipahami sebagai petunjuk. 3. Wayang Sebagai Teater Total Pementasan wayang dapat dilihat sebagai pementasan teater total, maksudnya menyediakan bentuk-bentuk seni secara total. Dialog antar aktor, mimik narasi, kebatinan, kombangan ialah faktor-faktor penting dalam dramatisasi. Ragam Wayang Secara umum orang menganggap cerita wayang identik dengan cerita Ramayana atau Mahabarata dan cerita-cerita yang berinduk pada kedua cerita itu Namun, sebenarnya, masih ada cerita-cerita dari sumber lain yang juga dipergelarkan dalam bentuk seni wayang. Di antara cerita wayang yang menonjol selain Ramayana dan Mahabarata, adalah cerita Panji, cerita Menak, dan juga cerita yang bersumber pada babad. Cerita Panji walaupun sudah ada sejak zaman Demak, baru mulai dikenal luas sejak zaman pemerintahan Paku Buwana IV 1788-1820. Wayang yang kemudian diciptakan untuk mempergelarkan cerita Panji itu sering disebut Wayang Gedog. Tokoh peraga Wayang Gedog tidak ada yang memakai gelung capit urang seperti Arjuna, Bima, tetapi semua rambutnya diurai di punggung. Latar belakang cerita Panji adalah zaman Jenggala, Kediri dan Ngurawan. Cerita Menak berdasarkan Serat Menak yang bersumber dari Kitab Qissai Emr Hamza dari kesusasteraan Persia pada zaman pemerintahan Sultan Harun Al Rasyid 766 – 809. Di daerah Melayu Riau, kitab itu diteijemahkan dan diberi judul Hikayat Amir Hamzah. Pada Serat Menak, beberapa bagian dari cerita itu pun mengalami penyesuaian dengan alam Indonesia, terutama nama dan gelar tokoh-tokohnya. Misalnya, tokoh cerita yang aslinya bernama Badi’ul Zaman, diubah menjadi Imam Suwangsa; Unekir menjadi Dewi Adaninggar. Pengubahan nama-nama tokoh ini terutama dimaksudkan untuk penyusaian pada pengucapan lidah orang Jawa dan juga kenyamanan telinga yang mendengarnya. Cerita Babad yang diambil sebagai sumber cerita wayang antara lain adalah Babad Demak, Babad Pajang, hingga Babad Mataram. Dari sumber cerita babad itu terciptalah jenis-jenis wayang baru, antara lain Wayang Kuluk, Wayang Dupara, Wayang Jawa, dll. Namun jenis-jenis wayang, yang disponsori pihak keraton, itu akhirnya tidak dapat memasyarakat. Selain merupakan bentuk pergelaran dan tontonan, sejak dulu wayang juga digemari sebagai suatu karya sastra. Pada zaman Kerajaan Kahuripan, Jenggala, Kediri, dan Majapahit, karya sastra wayang masih terbatas penggemarnya di lingkungan kerabat keraton. Namun, sejak zaman Kerajaan Demak, sastra wayang mulai diperkenalkan pada masyarakat luas di luar tembok keraton. Sesuai dengan jiwa kerakyatan yang dimiliki oleh para wali terutama Sunan Kalijaga, sastra wayang pun sedikit demi sedikit dikenal rakyat. Hal ini sejalan dengan usaha para wali, terutama Sunan Kalijaga yang menggunakan media wayang sebagai sarana dakwah agama Islam. Sastra wayang yang terkenal dari zaman ke zaman antara lain adalah Yang berinduk pada Kitab Mahabarata dan Ramayana, masing-masing karya sastra Wiyasa dan Walmiki, pujangga India, adalah kitab induk cerita wayang. Dari kedua kitab itulah kemudian digubah puluhan karya sastra lainnya oleh para pujangga Indonesia. Ramayana Jawa Kuna adalah salah satu gubahan tertua yang diketahui cerita wayang yang berujud karya sastra. Pengarangnya, menurut Kitab Saridin adalah Empu Pujwa, ditulis di zaman Kerajaan Mamenang Kediri Namun, menurut kitab-kitab di Bali, pengarang buku itu adalah Empu Yogiswara, ditulis tahun 1016 Saka, atau 1094 Masehi. Jadi, menurut sumber Bali ini, gubahan itu dikerjakan beratus tahun sebelum zaman Kediri. Cerita gubahan tua lainnya adalah Mahabarata Jawa Kawi yang ditulis pada zaman pemerintahan Prabu Dharmawangsa Teguh, Kahuripan, tahun 991 -1016. Penulisnya tidak diketahui. Empu Prapanca, pada awal abad ke-14 menulis Kunjarakarna Kakawin. Sedangkan Arjuna Wiwaha Jawa Kuna ditulis oleh Empu Kanwa di zaman pemerintahan Prabu Airlangga. Karya sastra lainnya antara lain adalah Kresnayana Kakawin karangan Empu Triguna, Baratayuda karangan Empu Sedah dan Empu Panuluh, Gatotkacasraya karya Empu Panuluh, dan Hariwangsa yang juga karangan Empu Panuluh. Perkembangan Wayang Seperti juga cabang seni lainnya, seni wayang pun selalu berkembang dari tahun ke tahun, sesuai tuntutan zaman, dan sesuai pula dengan perkembangan apresiasi masyarakat terhadap seni wayang. Bentuk peraga tokoh wayang untuk cerita Mahabarata dan Ramayana, berkembang dari bentuk tokoh cerita Ramayana dan Mahabarta pada relief beberapa candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada awalnya, bentuk tokoh-tokoh wayang itu masih agak realistik. Sesuai dengan perkembangan tingkat apresiasi seni masyarakat, seniman wayang dari waktu ke waktu berhasil menyempurnakan seni kriya wayang yang mencapai puncaknya pada awal abad ke-20 ini. Pengubahan bentuk tokoh peraga wayang dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, yang mencolok adalah penggambaran Gatotkaca yang dulu berupa raksasa, menjadi ksatria gagah yang mirip dengan Bima. Pengubahan ini terjadi pada masa pemberintahan Sunan Amangkurat III. Wayang Masa Kini Di antara jenis-jenis wayang yang ada di Indonesia, yang paling memasyarakat pada zaman Indonesia Merdeka adalah Wayang Kulit Purwa dan Wayang Orang. Di daerah mana pun di Indonesia ini, pergelaran Wayang Kulit Purwa selalu mendapat pengunjung yang melimpah. Selain itu, penjualan kaset Wayang Kulit Purwa yang dibawakan oleh dalang-dalang terkenal, tergolong kaset yang laris. Rata-rata sebuah lakon Wayang Kulit Purwa lengkap dapat direkam dalam enam sampai delapan pita kaset. Dengan beredarnya pita-pita kaset Wayang Kulit Purwa, maka makin sering orang mendengarkan lakon-lakon wayang. Apalagi sejak tahun 1970-an makin banyak radio swasta niaga yang membuat acara siaran tetap Wayang Kulit semalam suntuk pada hari-hari tertentu setiap minggunya. Wayang di Mata Orang Barat Sebagai salah satu produk budaya, dan kebudayaan itu bersifat universal, seni wayang bukan hanya menarik dan diminati oleh bangsa Indonesia, juga oleh bangsa asing. Cukup banyak peneliti bangsa Barat, terutama Belanda, yang menulis buku mengenai wayang dan dunia pewayangan. Namun, sebagian buku yang ditulis orang Barat, umumnya membahas seni wayang dari segi eksoterinya saja, hanya berdasarkan pengamatan seni wayang dari “luar” atau lahiriahnya. Banyak orang, terutama bangsa Barat, menginterpretasikan sebuah pertunjukan Wayang Kulit sebagai shadow play, atau schduwenspel permainan bayang-bayang. Interpretasi demikian bertolak dari penglihatan indera mata adanya sebuah layar kelir yang permukaannya diterangi sebuah blencong, dan dengan demikian timbul bayang-bayang hitam bilamana di depan kelir itu dimainkan boneka wayang sudah barang tentu yang terlihat di balik kelir. Anggapan demikian terlalu naif, dangkal. Wayang di Negara Lain Karena pergaulan antar bangsa sejak berabad-abad lalu, budaya wayang sudah pula dikenal dan menyebar ke luar Indonesia. Beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Kamboja, dan Thailand juga sudah memiliki budaya wayang. Bahkan Cina dan India pun, meskipun dalam format kecil, punya budaya wayang. Bentuk peraga tokoh-tokoh wayang di berbagai negara itu beda dengan wayang yang dikenal di Indonesia. Kegandrungan masyarakat di negara-negara itu juga tidak sebesar di Indonesia. Wayang Cina Cina kaya akan seni pertunjukan wayang yang sampai sekarang masih hidup di tengah-tengah masyarakatnya. Asal mula Wayang Cina pada mulanya merupakan bagian upacara kematian, kemudian baru pada dinasti Han 23-330 M pertunjukkan wayang menjadi suatu bentuk tontonan hiburan. Wayang India Wayang Malabar adalah nama salah satu wayang di India yang teknis pertunjukannya dengan permainan bayang-buyang. seperti juga wayang kulit purwa Indonesia. Di India wayang dengan teknis bayang-bayang berkembang di berbagai daerah yakni di bagian selatan, di timur kerala, di Karnatak, di Andra Pradesh dan di Orissa. Menurut gaya dan jenisnya terdapat empat gaya yang bentuk dan fungsinya berbeda-beda yakni Waxang Malabar, Wayang Orissa, Wayang Kartanak dan Wayang Andra Pradesh. Manfaat Wayang Berikut ini adalah manfaat wayang yaitu 1. Pendidikan Budi Pekerti Anak Wayang dapat dijadikan sarana pendidikan budi pekerti luhur yang efektif bagi anak-anak. Dalam pementasan wayang terdapat bentuk-bentuk ajaran moral yang lengkap dan kemudian dibakukan dalam bentuk sanepa, piwulang, dan pituduh bagi kehidupan manusia untuk mencapai kehidupan dalam suasana kedamaian. Dengan demikian, wayang merupakan cerminan falsafah hidup orang Jawa atau dengan kata lain wayang merupakan ungkapan filsafat Jawa. Pesan-pesan moral dalam masyarakat Jawa yang disampaikan lewat media seni wayang dapat berupa ungkapan-ungkapan tradisional yang mengandung makna pendidikan moral yang sering disebut sebagai adiluhung. Ungkapan tradisional seperti sing becik ketitik sing ala ketara yang baik kelihatan yang jelek kentara, titenana wong cidra mangsa langgenga perhatikan orang curang takkan abadi dan sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti keberanian, kekuatan, dan kejayaan dunia hancur oleh kebaikan menunjukkan bahwa eksistensi dan esensi moralitas dijunjung tinggi dalam budaya Jawa. Kebanyakan agama yang universal juga mengajarkan sikap hormat terhadap kehidupan manusia. Kata tumbuh bermula dari sesuatu yang telah ada dan menjadi milik kita. Sesuatu yang menjadi milik manusia tersebut berupa harta kultural yang telah dimiliki oleh manusia tersebut sejak lahir. Harta tersebut diperoleh dari pendidikan dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat. Minat adalah keadaan seseorang terhadap suatu hal. Dalam hal ini minat anak kepada sesuatu, sementara apakah anak tersebut berbakat atau mempunyai talenta tertentu terhadap sesuatu. Sesuatu yang dimaksudkan adalah harta kultural tersebut. Apabila bakat dan minat tersebut digabungkan kemudian dibantu dengan dorongan dari orang tua maka ia akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kehidupan si anak tersebut. Hal itu akan menjadikan anak tersebut mempunyai kemampuan tambahan atau kemampuan khusus di bidang selain pendidikan formalnya. Demikian Penjelasan Materi Tentang Wayang Adalah Pengertian, Pengertian Menurut Para Ahli, Asal-Usul, Jenis, Fungsi, Isi, Ragam, Perkembangan dan Manfaat Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Siswa-Siswi. Wayang adalah salah satu tontonan yang paling populer di Indonesia. Wayang adalah tontonan tradisional yang sudah berumur ratusan tahun. Wayang biasanya ditampilkan dengan tokoh-tokoh yang diwarnai dengan indah. Namun, ada juga yang belum diwarnai atau disebut dengan wayang putih. Wayang putih adalah wayang yang belum diwarnai atau belum diberi warna. Seringkali, wayang putih dipajang di rumah-rumah sebagai hiasan. Jika dilihat, wayang putih ini mirip seperti wayang yang diwarnai, namun jika diperhatikan lebih detail, wayang putih ini memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh wayang yang diwarnai. Wayang putih memiliki sebuah ciri khas yaitu mereka memiliki bentuk yang lebih sederhana dan lebih kasar. Hal ini disebabkan karena wayang putih ini dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dasar seperti kayu atau bambu. Wayang ini juga tidak memiliki tokoh-tokoh yang diwarnai, sehingga mereka memiliki bentuk yang lebih sederhana. Wayang putih ini biasanya dibuat dengan menggunakan kayu atau bambu yang diukir dengan sangat teliti. Wayang putih tidak diwarnai dengan warna apapun, namun mereka masih memiliki bentuk yang sama dengan wayang yang diwarnai. Wayang putih ini juga memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dalam proses pembuatannya. Wayang putih ini juga bisa digunakan untuk berbagai tujuan. Mereka bisa digunakan sebagai hiasan rumah, yang akan memberikan efek yang lebih menarik. Selain itu, wayang putih ini juga dapat digunakan sebagai media untuk mengajarkan kesenian wayang. Hal ini karena wayang putih ini memiliki bentuk yang sederhana dan mudah dipahami. Wayang putih juga dapat diwarnai. Wayang putih ini bisa diwarnai dengan berbagai warna. Hal ini dapat memberikan efek yang lebih menarik. Namun, proses pewarnaan wayang putih ini memerlukan ketelitian yang tinggi. Hal ini karena wayang putih ini memiliki bentuk yang lebih sederhana dan lebih kasar. Wayang putih ini juga dapat dimodifikasi. Wayang putih ini bisa dimodifikasi dengan berbagai cara. Misalnya, wayang putih ini bisa dimodifikasi dengan menambahkan berbagai tokoh atau bentuk lainnya. Hal ini dapat memberikan efek yang lebih menarik dan juga bisa menjadi sebuah media edukasi. Wayang putih ini juga bisa diberikan sebagai hadiah. Hal ini karena wayang putih ini merupakan hadiah yang berharga dan juga bisa menjadi sebuah media untuk mengajarkan kesenian wayang. Selain itu, wayang putih ini juga bisa menjadi sebuah hiasan rumah yang menarik. Wayang putih ini memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. Wayang putih ini sudah digunakan selama ratusan tahun. Hal ini dikarenakan wayang putih ini adalah salah satu bentuk dari kesenian wayang yang paling populer di Indonesia. Dengan wayang putih ini, para pembuat wayang dapat membuat karya-karya yang berharga dan bisa menginspirasi banyak orang. Wayang putih adalah salah satu bentuk dari kesenian wayang yang berumur ratusan tahun. Wayang putih ini belum diwarnai atau tidak memiliki tokoh-tokoh yang diwarnai. Wayang putih ini bisa digunakan sebagai hiasan rumah, media edukasi, hadiah, dan juga bisa dimodifikasi. Wayang putih ini memiliki sejarah yang panjang dan banyak orang yang menyukainya.

wayang yang belum diwarnai disebut